Translate

Rabu, 24 Juli 2013

Rekoleksi dan LDK

28-30 Juni 2013 yang lalu.. telah diadakan Rekoleksi dan LDK untuk anggota MMK...
dan inilah foto-foto yang sempat diabadikan.

Acara ini diadakan di Malino



diatas ini adalah foto2 narsis mereka .... 
ada yang berpose ala Boyband tu.. hahahhaha


kalo yang diatas ini.. aktivitas di sela-sela acara....... 
ada yang masak, ada yang bermain uno, catur,gitar, ntn tv n ada yang figo2an...hahahh


na kalo yang ini ada LDK yang dibawakan oleh Saudari 
Wicky Stenly Tumedia
tu liat seru kayax....... 
pokokx MMK tu adalah Tempat Seru Buat Seru-Seruan...



kalo yang ini.. foto2 pas Rekoleksi yang dibawakan oleh Pastor Junarto....
thx ya pastor yang telah membawakan Rekoleksi untuk kami....

kalo yang ini foto2 pas lagi Outbond....


kegiatan ini dilaksanakan dalam rangkah mencari pemimpin baru MMK... semoga kegiatan ini bermanfaat.. amin


Ketika Rumah Doa menjadi rumah Makan

(Mari Bermenung Sejenak)
Yans Sulo Paganna'dari Kawasan Wajib Bahagia

Santo Agustinus, seorang suci dan pujangga besar dalam Gereja pernah berdiskusi dengan seorang imam Fransiskan, tentang "doa". Agustinus bertanya kepada Fransiskanes, "Mana yang dibolehkan; merokok sambil berdoa, atau berdoa sambil merokok?" Dan jawaban Sang Fransiskanes, "Merokok sambil berdoa". Agustinus kemudian berkata, "Buatlah seperti itu; bekerja dalam doa dan bukan larut dalam doa dan kemudian lupa bekerja,...".

Hati-hatilah membaca percakapan Agustinus dengan Sang Fransiskanes di atas. Aku kawatir anda lepas dari konteks diskusi mereka, seperti aku ingin lepas daripadanya dengan permainan kata-kataku berikut.

Di suatu kota kecil, beberapa tahun lalu aku membaca sebuah tulisan indah "Rumah Doa" (bukan rumah berdoa lho, seperti ada rumah bernyanyi, hahaha). Bangunan itu tampak megah dan indah. Waktu itu aku sempat berpikir, kenapa disebut rumah doa? Apakah bangunan itu adalah gereja? Lalu cepat-cepat aku berpikir bahwa pasti bukan gereja, tapi memang rumah. Dan yang namanya rumah, pasti ada dapurnya, pasti ada toiletnya, pasti ada kamar tidurnya, dan pasti ada ruang tamunya. Aku penasaran dengan "kata rumah doa" itu, lalu aku terpancing untuk masuk ke dalamnya. 

Aku masuk ke lantai dasar dan mendapati barang-barang rohani yang dijual lengkap dengan buku-buku rohani. Saat itu aku mendengar kumpulan orang-orang yang sedang bernyanyi dalam jumlah yang tidak terlalu banyak dari lantai atas. Aku kemudian berkesimpulan bahwa "gedung" dua lantai yang megah itu adalah gedung untuk berdoa. Aku tidak tahu apakah gedung itu dibuka umum bagi siapa saja yang mau "berdoa" atau hanya untuk kelompok tertentu saja. Akupun tidak pernah bertanya kepada orang-orang di kota kecil itu.

Kemudian terkejut ketika tahun ini aku membaca tulisan di gedung itu, "Rumah Makan,..." Aku tidak memperhatikan dengan baik rumah makan apa namanya. Dalam hati aku bertanya, "Kokh rumah doa telah disulap menjadi rumah makan?" Aku tidak tahu apakah lantai atas restoran itu masih dipakai sebagai tempat menyanyi dan berdoa atau tidak. Pada saat melihat tulisan "Rumah Makan", pikiranku langsung terbang tinggi menyebrangi ruang dan waktu, yakni tentang diskusi Agustinus dengan seorang Fransiskan pada abad keempat masehi, yang sekali lagi lepas dari konteksnya.

Nah, mari kita bermenung !!!
Aku memberi judul "statusku" ini, "Ketika Rumah Doa menjadi rumah Makan". Aku ingin mengajak anda untuk bermain kata-kata sejenak. 

Seandainya Agustinus datang ke kota kecil di mana Rumah Doa telah menjadi rumah Makan, kemungkinan ia akan bertanya, "Mana yang dibolehkan, berdoa sambil makan atau makan sambil berdoa?" Dan jawaban anda pasti sama dengan jawaban imam Fransiskan, "Makan sambil berdoa". Ya tidak sopanlah kalau kemudian kita sedang berdoa lalu makan. Yang mungkin adalah ketika kita makan boleh-boleh saja sambil berdoa dalam hati. Misalnya, ketika sedang makan tiba-tiba ada sms yang masuk "Tolong doakan, aku sedang diadili oleh mertuaku dan memintaku cerai dengan anaknya. Doakanlah sekarang juga,!!!", misalnya saja demikian. Tetapi sangat tidak sopan ketika sedang mendoakan orang yang sekarat lalu tiba-tiba ingat makan dan langsung lari ke dapur untuk makan sementara anda sedang berdoa.

Baik, aku kembali ke BB, "Rumah Doa menjadi rumah Makan". Mungkin akan jauh lebih enak kedengarannya dan akan lebih enak membacanya ketika tertulis, "Rumah Makan menjadi rumah Doa" dan bukan "Rumah Doa menjadi rumah Makan". Yang pertama akan sama dengan jawaban imam Fransiskan kepada Agustinus, tetapi kedua pasti tidak diterima oleh Agustinus dan juga tidak diharapkan seperti itu. 

Berdoa sambil makan boleh dikatakan merupakan suatu ungkapan ketidakseriusan dalam berdoa; tetapi makan sambil berdoa akan berbuah aksi. Berdoa sambil makan akan menjadi doa yang hampa tanpa penghayatan akan doa itu sendiri. Berdoa sambil makan mungkin saja akan membuat Allah marah, tetapi makan sambil berdoa akan membuat Allah tersenyum gembira. Yang petama berbuah kehampaan, yang kedua berbuah aksi. Doa tanpa aksi adalah omong kosong sekaligus berbahaya, sebaliknya aksi tanpa doa adalah sia-sia.***

Rabu, 17 Juli 2013

Mental Jalan Pintas

Setiap kita pasti tahu cerita Doraemon dan Nobita. Nobita adalah seorang yang kurang sabar jika menginginkan sesuatu, maunya instan. Dan, Doraemon adalah sahabat Nobita yang selalu memberikan apa saja yang diminta Nobita karena memiliki kantong ajaib. Sayangnya, Nobita sering kali gagal mempergunakan dengan baik benda-benda yang ia terima sehingga hasilnya adalah kekecewaan. Cerita ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap keinginan yang diperoleh dengan cara instan, cenderung menghasilkan kekecewaan. Juga, tersirat pesan bahwa adalah baik jika kita mau menjalani setiap proses yang ada di dalam kehidupan ini.

Tidak jarang, sebagai manusia kita juga memiliki kecenderungan untuk bersikap seperti Nobita, yang memiliki mental jalan pintas. Anak muda sering kali bersikap tidak sabar dalam banyak hal. Tidak sabar menanti jodoh yang lebih tepat sehingga menikah dengan orang yang berbeda iman. Tidak sabar mengikuti sekolah atau kuliah sehingga berhenti sekolah atau kuliah. Hasilnya, kekecewaanlah yang didapat. Di dalam Alkitab, kita bisa melihat contoh ini pada diri Esau. Karena tidak sabar untuk menahan lapar, ia kehilangan hak kesulungannya karena ia menukarnya dengan sepiring sup kacang merah. Akhirnya, hanya penyesalan yang tiada artinyalah yang ia rasakan. Sebab, sekalipun ia sampai mencucurkan air mata, hak kesulungan itu sudah bukan lagi menjadi miliknya.

Di dalam hidup ini, kita pasti memiliki keinginan-keinginan yang, kalau bisa, kita peroleh dengan cepat. Terlalu sering, orang mengharapkan apa yang ia inginkan terwujud saat itu juga. Sadarilah, diperlukan kesabaran untuk mewujudkan semua keinginan itu. Kesabaran yang disertai usaha tanpa pernah putus asa akan membuat seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan. Itulah yang dinamakan proses! Orang yang bersedia melalui proses dan kemudian mendapatkan yang ia inginkan akan merasakan kepuasan tersendiri. Di samping itu, ia bisa belajar banyak dari apa yang sudah ia lalui untuk dijadikan bekal bagi kehidupannya di masa yang akan datang.

Jangan pernah memiliki mental jalan pintas! Tetapi, milikilah mental anak Tuhan yang tangguh, yang tidak pernah menyerah, yang mau menjalani proses kehidupan meski itu sulit. Karena, di situlah terletak nilai-nilai kehidupan yang sangat berharga, yang pada gilirannya tidak akan membuat kita menyes

MMK MENCARI PEMIMPIN

Sebulan  lagi MMK akam mengadakan pergantian Ketua.
Seperti yang kita ketahui bersama masa jabatan kepemimpinan seorang Ketua MMK itu berdurasi 2 Tahun. Seiring expire seorang ketua MMK otomatis berlaku pula pada Kepengurusan dan semua perangkatnya. Na berdasarkan yang kita ketahui bersama dan mungkin ada yang belum Tahu, tentang Kepemimpinan dalam MMK, akan berakhir dalam beberapa bulan kedepan. Ketua yang sekarang dipilih pada Tahun 2011 yang lalu dan itu berarti Tahun ini akan menjadi tahun terakhir masa kepemimpinya. Dan sekarang adalah yang akan mengantikan atau menjadi The Next Leader Of MMK? Siapa yang pantas menjadi Seorang Ketua MMK? Siapa yang boleh menjadi Ketua MMK? Siapa?

Dalam tata cara pemilihan ketua MMK yang diwariskan secara turun temurun dari Generasi ke Generasi ada beberapa syarat menjadi ketua MMK itu sendiri. Berikut beberapa syarat menjadi ketua:
1. Ketua MMK ialah seorang anggota MMK*
2. Sudah dibaptis Dalam Gereja Katolik*
3. Sudah di MMK minimal 2  Tahun
4. Berumur sekitar 18-23 Tahun
5. Perna menjabat suatu kepanitiaan
6. Bersedia dipilih menjadi ketua

Itu adalah syarat-syarat umumnya. Namum dalam beberapa kasus ada beberapa pertimbangan tentang syarat untuk menjadi seorang ketua. Ini didasarkan pada kondisi dan situasi dalam MMK saat itu.

Seorang ketua dipilih oleh seluruh anggota MMK dengan jumlah pemilih minimal 20 orang dengan disaksikan oleh para pembina atau pendamping(Senior) dari MMK itu sendiri. Dalam beberapa kasus pemilihan dilakukan dengan beberapa system seperti, nama-nama yang masuk dalam calon ketua akan menjadi seoarang pengurus, entah itu di wakil, sekretaris dll. Namun pada hakekatnya pemilihan dilakukan untuk mencari seorang ketua.

Selasa, 16 Juli 2013

Yesus Seumur Aluk dan Tongkonan.

Yans Sulo Paganna'Bermenung dari Tongkonan Toraja
(Remah-remah Pertapaan)
Oleh Pastor Yans Sulo Paganna'
Rasa penasaran dengan homilyku kemarin yang tidak terekam membuat seorang umat memintaku untuk menuliskannya dan memintaku untuk mengirim juga ke FB untuk dibaca oleh orang Katolik yang lahir dan atau mengerti tentang Toraja. Awalnya aku hanya senyum-senyum saja untuk permintaan seorang umat Katolik yang menjadi pendengar homilyku pada hari Minggu biasa XV/C, kemarin. Tetapi kemudian aku berpikir bahwa mungkin juga tidak ada salahnya kalau aku duduk manis dengan BB sambil memenuh permintaannya, apalagi dengan cuaca di daerah Bokin yang hampir hujan sepanjang hari makin menggodaku untuk berteman dengan BB daripada capai menunggu datangnya cuaca yang baik untuk aktivitas di luar rumah. Hitung-hitung juga sekalian belajar mengarsipkan homilyku, hahahaha.

Baik, aku berharap bahwa ringkasan homilyku ini makin membantu anda, khususnya yang "penasaran" untuk memahami iman kekatolikan anda dalam hubungannya dengan kehidupan di kampung halaman Toraja. Kucoba mengingat-ingat kembali apa yang aku katakan dalam homily di stasi kemarin. Dan, oh iya ternyata aku sanggup mengingatnya kembali. Kemarin di depan umat stasi pedalaman, aku mengutip "hukum emas" Yesus, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".

Aneh bahwa seorang ahli taurat tidak tahu tentang apa yang harus diperbuat untuk memperoleh hidup kekal. Sungguh-sungguh aneh bin ajaib bahwa seorang yang mengajarkan atau ahli di bidang itu kokh tidak tahu dan kemudian bertanya lagi. Tapi ingat bahwa si ahli taurat itu "hanya" mencobai Yesus saja. Namanya daja mencobai, pasti dia sendiri tahu. Makanya ketika Yesus bertanya balik, yang menjelaskan isi taurat bukan Yesus tetapi ahli taurat itu sendiri, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". Yesus tinggal berkata, "Jawabmu itu benar, Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup". 

Nah rupanya untuk memperoleh hidup kekal, cukup dengan melaksanakan hukum emas Yesus di atas. Hanya persoalannya adalah bahwa untuk melaksanakannya pastilah tidak mudah. Tidak jarang hukum emas tersebuk kita bongkar-balik semau gue saja. Maksudku adalah bahwa tidak jarang apa yang harusnya nomor dua kita nomor satukan atau apa yang harusnya paling utama kita nomor sekiankan. Tidak jarang kita lebih memilih pergi pesta nikah atau pesta rambu solo' pada hari Minggu, seperti yang aku lihat di jalan sebelum ke tempat ini, beberapa orang Katolik sudah duluan di pesta nikah gereja tetangga yang diberkati hari ini daripada pergi ke gereja. Inilah yang kumaksudkan bahwa apa yang seharusnya dinomorduakan (mengasihi sesama) kemudian dinomorsatukan (mengasihi Allah). Padahal bunyi hukum emas Yesus tidak seperti ini, "Kasihilah sesamamu manusia dengan segenap ... dan kasihilah Tuhan Allahmu, ..." Hati-hati, warning besar, jangan dibolak-balik, Yesus tidak mengatakan seperti itu.

Coba perhatikan salib Yesus yang tergantung di atas sana !!! Palang vertikalnya lebih panjang daripada palang horisontalnya. Padahal kalau tidak punya maksud ya bisa saja dikasih sama panjang, kenapa tidak? Tetapi semuanya merupakan simbol. Sekali lagi palang vertikalnya lebih panjang daripada horisontalnya. Palang vertikal, menunjuk pada hubungan manusia dengan Allah, atau hubungan Allah dengan manusia; sementara palang horisontal menunjuk hubungan manusia dengan sesamanya. Kita tidak perlu bertanya "bodoh" atau seolah-olah bodoh seperti ahli taurat dalam Injil hari ini, "Dan siapakah sesamaku manusia?"

Kayu salib dengan palang vertikal (tegak lurus ke atas) lebih panjang daripada yang horisontal sudah jelas menunjukkan bahwa memang yang lebih utama adalah hubungan kita dengan Allah, mengasihi Allah. Dan palang horisontal lebih pendek daripada yang vertikal menujuk bahwa urusan dengan sesama harus lebih kemudian daripada dengan Tuhan atau Allah kita. Nah sekarang bertanyalah pada diri anda sendiri, apakah "Salib Anda" masih seperti salib Yesus yang bagian vertikalnya lebih panjang daripada bagian horisontalnya, atau malah sudah terbalik; bagian horisontal lebih panjang daripada palang vertikal, atau jangan jangan bagian horisontal panjang sekali dan palang vertikal pendek sekali??? Anda sendiri yang bisa menjawabnya.

Nah mungkin untuk jelasnya aku mau mengajak anda untuk memahaminya dalam alam pikir Toraja. Aku mau tanya, dalam rumah Tongkonan Toraja, ramuan kayu mana yang mirip atau sama dengan bentuk salib? Jawaban anda pasti: "Petuo", "rando-rando", dan "tulak somba". Aku akan berkata, "Jawaban anda itu benar, maka mari kita renungkan lebih jauh lagi". 

Baik, pertama: "Petuo", jenis ramuan bangunan tongkonan Toraja yang letaknya persis di tengah-tengah rumah tongkonan yang menghubungkan bagian badan rumah dengan bagian atap rumah Toraja. "Petuo" dari kata "tuo", yang artinya hidup, jadi "petuo" tidak lain artinya yang memberi hidup. Anda jangan kaget bahwa ternyata "petuo" yang artinya "yang memberi hidup" itu ternyata persis sama dengan salib Yesus yang tidak lain adalah "Pemberi hidup abadi". Anda jangan pula terkejut kalau kemudian aku katakan bahwa ramuan itulah yang ketika rumah tongkonan dipestakan atau "dirara", yang oleh pelaksana ritus diolesi dengan darah hewan persembahan sambil menghadap ke timur sebanyak tiga kali olesan. Dan konon dulu, di situlah biasa diikatkan tanduk kerbau yang menjadi kerbau persembahan.

Ramuan kayu yang lain yang mirip dengan salib adalah "tulak somba", dimana tanduk-tanduk kerbau dipasang, yang sesungguhnya bukan sekedar hiasan belaka tetapi lagi-lagi merupakan simbol yang selama ini tidak pernah tersingkap dan sekarang akan aku katakan kepada anda.

Anda tahu bahwa untuk orang Toraja, ada tiga jenis korban darah persembahan (rara manuk, rara bai, dan rara tedong). Kerbau merupakan korban persembahan tertinggi, karenanya dipajanglah di situ (tulak somba) yang mirip dengan salib. Dan anda bandingkan dengan persembahan Allah, Yesus PuteraNyalah persembahan tertinggi untuk manusia, maka dialah yang terpasang di salib. Salib dan petuo dan atau tulak somba hampir sama fungsinya. Untuk petuo dan tulak somba, palang vertikal menunjuk pada urusan aluk, sementara palang horisontal menunjuk pada urusan adak. Itulah sebabnya biasa dikatakan, aluk dengan adak adalah "simuane tallang". Bagian vertikal dari bawa ke atas menunjuk pada perkara aluk (semua urusan manusia yang berhubungan dengan Puang Matua), dan bagian palang horisontal menunjuk ada', yakni semua urusan manusia yang berhubungan dengan sesama dan tradisi. Jagi pada "salib Toraja" yang dipajang adalah kepala kerbau sebagai persembahann tertinggi, sementara pada salib Gereja yang terpajang adalah Yesus Anak Allah yang adalah persembahan tertinggi Allah sendiri untuk dunia. Sama khan? Lihatlah bahwa tulak somba juga bagian vertikalnya lebih panjang daripada palang horisontalnya, persis sama dengan salib yang mau mengatakan supaya hubungan dengan Yang Ilahi harus lebih utama daripada dengan sesama dan tradisi.

So, hukum emas Yesus bukan hal yang baru sama sekali untuk orang Toraja. Yesus hanya mengingatkan kita untuk kembali mengingat dan tidak melupakan bahwa urusan dengan Allah harus lebih utama daripada dengan sesama. Dan itulah sebabnya mengapa nenek moyang orang Toraja menempatkan "salib" di depan-belakang-dan dalam rumah Tongkonan, supaya hukum emas ini selalu dijunjung tinggi.***

Renungan Pribadi:
Entah apa yang membangunkanku dari kesadaran bahwa Yesus sesungguhnya mendahului Injil masuk Toraja. Lihatlah betapa tak terpahami bahwa "Petuo" yang berarti "Pemberi Hidup" modelnya salib dan ditempatkan di dalam badan rumah menghubungkan bagian atap rumah dengan bagian badan rumah, di mana rumah tongkonan terbagi tiga bagian; bagian atap disebut wilayah langit (baca: surga), badan bumi adalah wilayah bumi, di mana bagian atap dengan bagian badan rumah (wilayah langit dengan wilayah bumi) dihubungkan dengan "Petuo" surga-bumi dihubungkan oleh "Pemberi hidup". Dan bagian bumi (badan rumah) dengan bagian tanah dihubungkan oleh "Ari'ri Posi'" (Anak Dara Sangla') sebagai simbol perempuan (anak dara) sebagai pembawa rahmat bagi semua yang ada di tongkonan. Dan bukankah Bunda Maria tidak lain adalah Pembawa Rahmat, yakni Sang Putra, Sang Pemberi hidup (The Real "Petuo)???***

Kawasan Wajib Bahagia
Yans Sulo Paganna', Pr.

EMANGNYA GUE PIKIRIN

Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati seorang petani dan isterinya membuka sebuah bungkusan. Siapa tahu ada makanan? Tapi dia begitu terkejut, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Si tikus itu lari kembali ke rumah pertanian sambil menjerit memberi peringatan: "Awas, teman-teman... ada perangkap tikus di dalam rumah!” 

Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruk tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Wah... sori ya, Mas Tikus, aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku sih ngga ada masalahnya! Jadi jangan buat aku pusing." Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing, katanya, "Ada perangkap tikus di dalam rumah!” "Aduh, aku sungguh menyesal dengar khabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "tapi tak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu sentiasa ada dalam doaku, oke!" Tikus kemudian berbelok menuju si lembu. "Oh... ada perangkap tikus... jadi aku dalam bahaya besar ya?!" kata lembu itu sambil ketawa. Jadi si tikus itu pergi merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian. 

Malam itu juga terdengarlah suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang telah menangkap mangsanya! Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu ternyata adalah seekor ular beracun. Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu. Suaminya bergegas membawanya ke rumah sakit. Kemudian dia kembali ke rumah dengan demam. Dan karena memang biasanya minum sup ayam segar itu baik untuk orang yang sakit demam panas, maka petani itu pun mengambil goloknya dan pergilah dia ke belakang mencari sang ayam untuk dipotong! Namun penyakit isterinya berkelanjutan sehingga teman-teman dan tetangganya datang menjenguk, dan dari jam ke jam selalu ada saja para tamu. Petani itu pun menyembelih kambingnya untuk memberi makan kepada para tamu itu. Isteri petani itu tak kunjung sembuh. Akhirnya ia meninggal, jadi makin banyak lagi orang-orang yang datang untuk pemakamannya sehingga petani itu terpaksalah menyembelih lembunya agar dapat memberi makan para pelayat itu! Ternyata jika masing-masing hanya memikirkan diri sendiri, sebuah perangkap tikus dapat menyebabkan seluruh rumah pertanian ikut menanggung risikonya. 

Kita ini adalah bangsa yg tidak mau repot, seperti dikatakan mantan Presiden kita Almarhum Gus Dur “Abdul Rahman Wahid,” segitu aja kok repot, kayak anak TK aja, emangnya gue pikirin. MentalitasBukan Urusanku adalah mentalitas manusia moderen yang makin canggih tapi individualistis, Live and let live. Kita pikir bahwa “hidup baik dan suci” itu berarti “menghindari perbuatan jahat.” Benar juga, tapi bukan hanya itu saja. Sebab kita bisa berdosa bukan hanya dengan perbuatan melainkan juga dengan kelalaian. Ingat Doa Tobat kita di awal Misa, “Saya mengaku... bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan KELALAIAN....”Kita berdosa apabila kita melalaikan suatu perbuatan baik yang sebenarnya kita bisa dan sempat! Misalnya kamu menyaksikan teman-kerja kamu sedang melakukan kecurangan dan kamu diam saja... kamu ikut berdosa. Kamu melihat teman-kelas kamu sedang nyontek, dan kamu tidak berbuat apa-apa... kamu ikut berdosa. Yang jelas, menyelamatkan sesama kita itu adalah tanggung-jawab kita... kita harus repot... kita harus pikirin-nya... itu urusan kita! 

Makanya Yesus punya ajaran khusus tentang cara menegor seorang yang berbuat kesalahan. Itulah yang kita baru dengar di dalam Injil (Mat 18:15-29) dan didukung pesan dari Bacaan Pertama melalui pengalaman Nabi Yehezkiel (Yeh 33:7-9). Kita mempunyai tanggung-jawab terhadap sesama kita. Itu termasuk disiplin (discipline) kita sebagai pengikut (disciple) Kristus yang sejati. Tidaklah mudah menjadi pengikut Kristus. Berhadapan dengan kesalahan dan kejahatan, kita diharapkan untuk berani dan siap dianggap “beda” dan “ngga kompak” dengan yang lain! Jika kita dengan sengaja melalaikan kesempatan untuk menyelamatkan sesama yang dalam bahaya, berarti kita diam saja. Jangan sampai orang jahat jadi makin banyak gara-gara orang baik diam saja!

Bangkitlah Kaum Muda Katolik!

Kurangnya perhatian pimpinan gereja, ketiadaan dana serta keterbatasan informasi telah membuat para kaum muda Katolik bingung darimana harus memulai mendirikan seksi komunikasi. Kebingungan itu masih masuk akal jika terjadi di wilayah pedalaman. Namun jika kebingungan tersebut datang dari kaum muda di kota-kota besar, rasanya itu cukup ironis.

Arus deras informasi yang ini didukung oleh teknologi internet dan telepon selularpun, membuat kaum muda kita bertanya-tanya. Apa tugas bidang komunikasi di paroki-paroki? Jawaban yang paling gampang ditemukan adalah bahwa tugas seksi komunikasi itu ialah membuat bulletin, punya radio, punya studio rekaman, mengurus internet, serta media komunikasi lainnya.

Namun, jawaban di atas itupun masih membingungkan kaum muda di perkotaan. Ada asumsi bahwa memulai kegiatan komunikasi harus dari hirarki di atas. Pimpinan Gerejalah yang harus memulai dan membuat arahan komunikasi.

Kaum muda dengan semangat muda, seyogyanya bisa mendobrak tradisi tersebut. Masih segar di telinga kita bagaimana Barack Obama, kandidat muda berlatar belakang wartawan, akhirnya tampil sebagai calon presiden kulit hitam pertama di negara adidaya Amerika Serikat. Masih segar pula pembuktian bahwa internet menjadi faktor kunci kemenangan sang kandidat . Tampilnya Obama telah menjadi bukti betapa kekuatan arus informasi dan komunikasi yang didukung dengan semangat perubahan, mampu mendobrak undang-undang tak tertulis "Presiden Amerika Serikat harus berkulit putih".

Maka amatlah disayangkan jika kaum muda Katolik merasa terbentur dengan rintangan otoritas hirarki ataupun kekurangan sumber informasi. Ide-ide kreatif yang bergulir dari obrolan di café, kerjasama lintas sosial, ataupun penggalangan solidaritas karitatifpun, bisa menjadi langkah bagi awal kaum muda untuk membangun komunikasi bagi gerejanya. Mulai dari ide perayaan Valentin, donor darah, warnet, kerja bakti kebersihan kerjasama antara Mudika dan RT setempat sampai pada forum dialog formal, secara tidak langsung sudah menjadi sumber pewarta gerejanya.

Semua wujud fisik media seperti radio, tv, handphone dan internet hanyalah bentuk fisik sarana pewartaan. Gerak kaum muda sesungguhnya merupakan seksi komunikasi gereja yang sebenarnya.

"Maka, bangkitlah kaum muda! Buatlah sesuatu dengan semangat, maka Gereja akan berubah. Karena Gereja adalah dirimu juga!

Perempuan Lebih Dominan di Internet?

Perempuan semakin banyak yang menggunakan internet. Tidak diragukan lagi perempuan makin menyukai dunia internet seiring semakin majunya dunia internet itu sendiri dan teknologi untuk mendapatkannya. Pada tahun 2010, 46 pengguna pengguna internet di seluruh dunia adalah wanita. Angka ini tidak berbeda jauh dengan kaum pria.

Bahkan tahun ini dengan makin majunya social media seperti Facebook, angka kepesertaan perempuan dalam menggunakan internet dipercaya akan semakin naik. Data terakhir menunjukkan perempuan terutama di social media melebihi jumlah laki-laki, bahkan yang paling banyak mengakses social media dengan ponsel adalah perempuan.

Jumlah 46 persen pengguna internet perempuan tersebut tersebar di berbagai kawasan dengan persentase yang berbeda-beda. Di Asia Pasifik, 42,4% pengguna internet adalah perempuan, sedangkan di Eropa angkanya mencapai 47%. Di Amerika Utara dan Amerika Latin kepesertaan perempuan berada di angka 50,4% dan 48,1%. Lebih jauh negara-negara seperti Singapura, Amerika Serikat, Kanada, dan Selandia Baru memiliki pengguna internet perempuan yang lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Namun di Indonesia dan India, pengguna internet perempuan masih sangat sedikit di tahun 2010 yang lalu (sekitar bulan Juni), yaitu hanya 35% di Indonesia dan 28% di India. Namun demikian saya percaya di tahun 2011 ini angka ini akan naik sangat signifikan karena sekarang Indonesia merupakan pengguna Facebook terbesar kedua di dunia dan India merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan pengguna Facebook tertinggi di tahun 2010 yang lalu.

Dari statistik yang dirilis oleh Comscore.com diperoleh bahwa perempuan menghabiskan waktu lebih banyak di internet dibandingkan dengan laki-laki, yaitu rata-rata 24,8 jam untuk perempuan dan 22,9 jam untuk laki-laki. Tentu menjadi hal yang menarik untuk diketahui apa saja yang dikerjakan perempuan ketika sedang berinternet tersebut dan apa pula yang dilakukan laki-laki. Apa yang mereka lakukan? Apakah chatting, mencari dokumen, mengirim e-mail atau sekadar browsing yang tak jelas tujuannya?

Dari hasil statistik dari 40 negara di dunia di tahun 2010 yang lalu, ternyata apa yang menjadi favorit perempuan dan laki-laki sewaktu berselancar atau menggunakan internet berbeda. Dari data tersebut, 16,3 % perempuan menggunakan waktu di internet untuk ber-social networking, sedangkan laki-laki hanya 11,7 %. Indeks yang ada di samping angka persentase tersebut di atas menunjukkan besarnya waktu yang digunakan, dengan semakin besar indeks, waktu yang digunakan untuk suatu kegiatan tertentu dalam berinternet semakin besar.

Data tersebut juga memperlihatkan bahwa dalam tiga kategori yang bisa dimasukkan ke social media, yaitu social networking, instant messengers, dan email, perempuan mengungguli laki-laki. Ketiga kegiatan ini menghabiskan waktu lebih dari 35% waktu yang digunakan peempuan dalam berinternet. Bahkan di Amerika Utara, 9 dari 10 perempuan yang menggunakan internet mengunjungi social media, sebuah angka yang sangat tinggi.

Sementara kaum laki-laki lebih tertarik kepada kegiatan mencari direktori atau sumber (mungkin men-download film, lagu, buku dan video), pelelangan, dan bisnis. Bila kita tinjau lebih jauh apa yang menjadi hal yang penting bagi perempuan dan laki-laki dalam berinternet dapat kita lihat bahwa kebanyakan topik yang banyak menarik perhatian perempuan di internet tidak jauh dari yang disukai oleh perempuan umumnya seperti parfum, bunga, Gifts and Greetings, dan hewan peliharaan. Bagi laki-laki lebih menyukai community-food, family and parenting, apparel dan seterusnya.

Bila dilihat apa saja yang dibeli oleh laki-laki dan perempuan, terutama di Amerika Serikat, hal ini kembali menegaskan bahwa perempuan memang sangat suka dengan keperempuannya sehingga membeli barang yang tidak jauh-jauh dari hal tersebut. Kebanyakan perempuan AS (71%) membeli apparel and accessories, sedangkan laki-laki hanya 29%.

Jika dilihat dalam satu situs tertentu seperti Twitter, laki-laki lebih condong untuk men-tweet, tweet yang ia buat sendiri, sedangkan perempuan menggunakan Twitter untuk men-follow selebritis dan menemukan penawaran dari suatu produk serta menjadikan Twitter sebagai media percakapan.

Jelas sudah, walau sama-sama mengakses internet, ternyata perempuan dan laki-laki memiliki selera yang berbeda dalam menentukan konten apa yang menarik bagi sebagian besar mereka. Perempuan memang lebih suka bersosialisasi, membeli dan mengikuti topik yang erat hubungannya dengan kaum perempuan, sedangkan laki-laki lebih kepada pengetahuan, berita, forum dan membeli barang yang dekat dengan karakteristik mereka seperti komputer dan gadget.

Dengan mengetahui kecederungan pemakain internet perempuan dan laki-laki ini, bagi pemasar yang aktif dan pandai akan memanfaatkan peluang ini dengan menawarkan berbagai produk yang disukai masing-masing gender tersebut. Dengan kecenderungan makin populernya social media dan semakin banyaknya perempuan yang menggunakannya, pemasar hendaknya juga menggunakan media ini untuk mendekati perempuan dan mengenalkan produk kepada mereka secara lebih personal.(KOMPASIANA/Kimi Raikko)

MALAS KE GEREJA

Malas ke gereja” adalah ekspresi biasa kita jika lagi tidak bersemangat untuk ikut Misa Kudus. Padahal, dengan kata lain, itu artinya “Saya lagi malas menyembah Yesus sebagai Tuhan dan menerima-Nya sebagai Juruselamat.” Teganya kita ya! 

Memang kenapa kita ikut Misa? Jawabannya to the point dan sangat sederhana, “Sebab kita ingin menyembah dan menyambut Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.” Bagi kita, umat Katolik, kehadiran Yesus di dalam Ekaristi bukan sekedar simbol, melainkan nyata dan sungguh. Di dalam Misa, Roh Kudus merubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Roti dan anggur itu menjadi Yesus. Oleh karena itu kita menyembah Sakramen Mahakudus. 

Salah satu inspirasi saya dalam panggilan Imamat adalah kesaksian-kesaksian para imam yang setia kepada Ekaristi dalam keadaan yang paling sulit, bahkan sampai mati! Misalnya para imam yang ditahan pada zaman Nazi dulu, bagaimana mereka rela mengambil resiko besar untuk merayakan Misa secara tersembunyi agar mereka dan rekan-rekannya dapat menyambut Komuni Kudus! Saya pernah baca tentang seorang imam yang ditahan pada zaman Vietnam Komunis merayakan Misa dengan memegang sebutir roti dan setetes anggur di telapak tangannya! Belum lagi kesaksian para martir yang rela menderita sengsara sampai mati demi iman akan Sakramen Mahakudus.

Jika Ekaristi begitu berharga bagi saudara-saudara kita se-iman itu, bagaimana dengan kita sendiri? Kita selalu berusaha memperhatikan dengan baik semua hal di gereja kita yang ada hubungan dengan Liturgi yang benar, indah dan tertib. Jadi kita menjaga gereja sebagai rumah Tuhan itu bersih, rapi dan layak; musik dan nyanyian bagus; komunitas umat Allah yang ramah dan simpatik; homili yang menarik dan membumi, dan sebagainya. Tapi seandainya semua rupa dan keadaan luar itu tidak ada, bukankah Misa Kudus itu tetap saja pantas untuk kita ikuti supaya kita dapat menyembah dan menyambut Sakramen Mahakudus, yakni Yesus Sendiri? 

Ujung-ujungnya Ekaristi adalah Penyembahan; intinya Ekaristi adalah Pujian. Jadi di dalam Misa Kudus, tujuan musik dan nyanyian adalah menyembah Tuhan; homili yang baik menuju ke penyembahan. Memang seorang imam pada saat berkotbah itu mengajar dan sekaligus meneguhkan iman umat, namun terutama dia ingin memuliakan Tuhan. Persekutuan kita sebenarnya adalah penyembahan. Kita ingin menciptakan suasana yang akrab dan ramah, tetapi tujuan utama persekutuan kita di dalam Perayaan Ekaristi ialah menyembah Pencipta dan Juruselamat kita, yang telah memberikan Dirinya dalam wujud Roti dan Anggur. 

Bila suatu saat muncul lagi perasaan itu, “malas ke gereja,”berhentilah dan sadarilah apakah yang kamu sebenarnya akan kehilangan. Yakinkah kamu tidak mau menyembah dan menyambut Yesus, Tuhan dan Juruselamat kamu? (Romo Noel SDB)

Kamis, 11 Juli 2013

Perdebatan Pria Dan Cowok

Inilah Perbedaan mendasar antara seorang PRIA dan COWOK

P : Tahu jelas lima tahun lagi ia mau jadi apa
C : Tidak jelas lima menit lagi ia mau berbuat apa

P : Jago membuat wanita merasa tenang
C : Jago membuat cewek merasa senang

P : Bacaannya Jhon Grisham, mainannya golf, tontonannya CNN
C : Bacaannya Harry Potter, mainannya bilyar, tontonannya MTV

P : Sebelum umur 30 sudah banyak uang
C : Sebelum umur 30 sudah banyak dosa

P : Seimbang antara penghasilan dan pemasukan
C : Seimbang antara hutang dan pembayaran minimum

P : Mendukung emansipasi wanita, tapi tetap membayari bon makan wanita
C: Mendukung emansipasi wanita dengan membiarkan wanita bayar sendiri

P : Punya akuntan, penjahit dan dokter langganan
C : Punya salon, kafe dan bengkel langganan

P : Meminta Anda nimbrung ngobrol kalau mamanya menelepon
C : Pura-pura Anda tidak bersamanya jika mamanya menelepon

P : Putus dengan pasangannya sambil berjabatan tangan dan mengakui sulitnya menjembatani perbedaan antar mereka berdua, diiringi ucapan, “Kita tetap bisa berteman selamanya.”
C : Putus dengan pasangannya sambil kabur dari rumah, merokok berbatang-batang, plus ucapan, “Jangan undang aku ke pernikahanmu nanti!”

P : Mencintai wanita 10 % pada pertemuan awal dan meningkat terus
C : Mencintai wanita 100 % pada pertemuan awal dan menurun terus
P : Berpikir dewasa seperti orang usia 40 tahun saat berusia 17 tahun
C : Berpikir kekanakan seperti orang usia 17 tahun saat berusia 40 tahun

P: Bisa menang hanya dengan otak dalam konflik
C: Cuma bisa ngamuk, adu mulut, n adu otot kalo konflik

P : Mikirnya “Aku masih kurang pengetahuan, harus belajar lebih banyak”
C : Mikirnya “Aku yang terhebat di muka bumi, siapapun aku hadapin !!!”

P: Otak no 1, digabungin otot kalo kepaksa
C: Otot no 1, ditambah otak kalo punya.

Rumah di sisi jalan

by: Sam Walter Foss

Kita bearada di dunia ini guna membantu satu sama lain di sepanjang perjalanan kehidupan. Apakah pintu hati kita seperti rumah sederhana di pinggir jalan yang siap menyambut dengan tangan terbuka setiap musafir yang lelah dan letih?

Ada jiwa petapa yang hidup terpencil

Dalam kedamaian kepuasan diri mereka;

Ada jiwa, seperti bintang, yang jauh mengucil,

Dalam cakrawala tanpa teman alam semesta;

Ada jiwa pelopor yang membuka jalan

Yang tak pernah dilewati jalan raya;

Tetapi biarkan aku tinggal di sisi jalan

Dan menjadi teman bagi manusia



Biarkan aku bermukim di rumah di tepi jalan,

Di mana umat manusia berlalu lalang -

Orang yang baik dan orang yang jahat perbuatan,

Sebaik dan seburuk aku seorang.

Aku tidak akan duduk di kursi sang pencibir,

Atau melemparkan larangan yang nyinyir;

Biarkan aku tinggal di rumah di sisi jalan

Dan bagi setiap orang menjadi teman.



Aku melihat dari rumahku di sisi jalan,

Di sisi jalan raya kehidupan,

Orang yang berkutat dengan semangat pengharapan,

Orang yang letih lesu dengan perjuangan.

Tetapi aku tidak berpaling dari senyum dan air mata mereka-

Yang merupakan bagian tiada akhir suatu rencana; 

Biarkan aku hidup di rumahku di tepi jalan

Dan bagi setiap orang menjadi teman



Biarkan aku bermukim di rumahku di tepi jalan

Di mana umat manusia berlalu lalang-

Mereka lemah, mereka baik, mereka jalang,

Mereka memiliki kekuatan,

Arif, bodoh - begitupun aku

Lalu mengapa aku harus mencibir di bangku itu

Atau melemparkan larangan sinis mengharu biru? -

Biarkan aku tinggal di rumahku di sisi jalan

Dan bagi setiap orang menjadi teman

"Ayo, kita gereja di Starbuck !?????"

Ayo, kita gereja di Starbuck aja deh," demikian komentar seorang pembaca setelah membaca sebuah berita di New York Times tanggal 4 Maret. Diberitakan tentang Sandie Anderson yang bekerja di Starbuck yang menyumbangkan salah satu ginjalnya kepada seorang wanita, Annamarie Ausnes yang sering membeli kopi darinya.

Sandie Anderson sudah empat tahun bekerja di Starbuck dan ia sangat senang bercakap-cakap dengan langganannya. Dari obrolan kecil di suatu pagi, Sandie mengetahui bahwa Annamarie yang telah tiga tahun membeli kopi darinya harus segera di-dialysis atau mencari donor ginjal untuk mengganti kedua ginjalnya yang rusak parah. Dengan serta merta Sandie menawarkan dirinya untuk dites, untuk menentukan apakah ginjal dan golongan darahnya sesuai untuk ditransplantasi. Ternyata setelah dites, ginjal Sandie yang sudah berusia 51 tahun itu memang cocok dan di tanggal 11 Maret nanti, Annamarie akan menjadi pemilik baru ginjal kiri Sandie.

Menurut Sandie apa yang dilakukannya tidaklah seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang terlalu mulia. Sandie yang sudah pernah melayani sebagai misionaris di Meksiko berkata bahwa banyak orang yang dengan senang hati memberi kepada orang lain dan mereka sering melakukannya hanya saja kita tidak melihatnya.

Namun yang pasti bagi Annamarie kemurahan Sandie merupakan sesuatu yang sangat nyata dan mulai dari sekarang berjalan masuk ke Starbuck untuk membeli kopi akan selalu memberinya perasaan yang indah. Kehidupan seperti Sandie-lah yang memberikan kita alasan untuk senyum dan bersyukur bahwa kasih, kebaikan dan kebajikan bukanlah sesuatu yang sudah punah dari muka bumi ini. 

(Originally written and uploaded by Cahaya Pengharapan Ministries)

Selasa, 02 Juli 2013

Mari tertawa dengan mimpi indah!!!












(Sepenggal kisah dari negeri di awan)


Semalam aku tidak sempat mimpi, mungkin karena tidurku terlalu nyenyak karena capek seharian atau karena kekenyangan makan masakan tollo' pamarrasan. Aku terbangun dan seperti kebiasaan awal hari-hariku aku duduk dalam lilitan sarung tenunan Toraja dengan ditemani segelas kopi arabika dan kepulan asap class mild, mengingat-ingat mimpiku semalam sembari duduk di pendopo depan rumahku menanti matahari terbit, sebelum menyusun agenda harianku. Tapi rupanya semalam aku tidak sempat mimpi, maka aku mencoba bermimpi ala facebook dan dunia maya. Dan namanya saja mimpi, boleh jadi hanya bunga pikiran tetapi bukan mustahil merupakan signal yang tidak tersingkap. Inilah mimpiku di awal hari ini dari pertapaanku di daerah ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (klo lagi surut kaliq, hahaha).

Terlalu banyak orang yang merasa prihatin dengan Toraja, tetapi terlalu sedikit yang sungguh-sungguh sungguh sayang Toraja. Itulah kesanku dengan fenomena yang muncul sekarang ini di negeri Topadatido Toraja. Mungkin saja anda setuju atau malah berteriak marah kepadaku, silahkan saja karena itu adalah hak anda.

Lihatlah saja, setiap kali pencalonan; baik calon anggota dewan ke Jakarta, Makassar, dan Toraja, bahkan pencalonan kosong satu dan kosong dua Tana Toraja dan Toraja Utara, semua pada berlomba menjadi bintang "agen perubah". Tetapi apa yang terjadi??? Toraja dari tahun ke tahun sepertinya stagnan alias berjalan di tempat saja, sementara daerah-daerah lain maju dengan pesat. 

Kita kadang terjebak dengan pola pikir picik dengan hanya melihat "pembangunan" Toraja dari sisi infrastrukturnya saja. Kita lupa bahwa Toraja tidak hanya dilihat dari jalanannya saja, atau tidak dilihat dari pembangunan kotanya saja. Toraja tidak sekecil atau semungil luas areanya yang dari udara atau dalam peta tampak sangat kecil di bandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lain. Anda jangan salah, Toraja bisa menjadi sebuah negara sehebat Singapura atau Belanda kalau saja kita tidak hanya bermimpi menjadi "agen perubah" tetapi menjadi "pelaku agen perubah" yang dimimpikan banyak orang seperti sekarang. Sekali lagi Toraja tidak sesederhana yang dipikirkan oleh para calon pahlawan dari negeri Topadatindo Toraja. Karena pembangunan infrastruktur hanya salah satu dari sekian banyak fakor yang ada dari namanya "mimpi" membangun Toraja. 

Aku kadang tertawa dalam hati untuk diriku sendiri ketika ada yang berdiri berbicara indah tentang Toraja. Ketika itu terbayang bahwa Toraja dalam lima tahun ke depan akan menjadi negeri yang indah lagi makmur. Terbayang di benakku seperti seorang anak sekolah yang sedang membayangkan masa depannya dengan cita-cita setinggi langit, "Kalau besar nanti aku ingin jadi presiden" tapi dalam kenyataannya Si Anak itu tidak pernah belajar. Aku nyaris belum pernah mendengar ada yang berbicara tentang ancaman Toraja di masa yang akan datang. Hampir semua berbicara tentang masa gemilang yang indah. Padahal fakta berbicara lain, hahahahahaha.

Toraja yang kita cintai (tetapi mungkin tidak kita sayangi) ini kalau mau jujur sedang berjalan menuju jurang kehancuran, yang kalau tidak hati-hati akan jatuh ke jurang kehancuran yang nyaris tak terselamatkan lagi. Coba perhatikan saja kota mana di Indonesia yang pengendara motornya yang tidak dikejar polisi kalau tidak pakai helm? Jababnya hanya kota kecil di Toraja. Coba terbangun lagi dengan fakta, kota mana di Indonesia yang paling banyak tempat nongkrong jenis karokean? Jawabnya hanya Toraja. Coba tebak sekali lagi, daerah mana di Indonesia yang angkutan umumnya pakek truk? Dan jawabnya adalah Toraja bagian timur, hahaha. Lagi, coba tebak, daerah mana di Indonesia yang paling tinggi sewa angkutan umumnya dengan jarak 18 Km saja dan harus membayar sewa angkutan Rp 50.000 (pp) itu pun pakek truk yang sebetulnya tidak dirancang sebagai angkutan manusia? Dan sekali lagi jawabnya adalah Toraja. Dan lain sebagainya, dan lain sebagainya. Hahaha, mari tertawa untuk mimpi yang indah, hahahaha.***
Kawasan Wajib Bahagia