Translate

Kamis, 20 Oktober 2011

Rancangan Allah Dari Tragedi


Setiap orang, tanpa kecuali, pasti pernah  mengalami peristiwa pahit seperti tragedi, bencana, kecelakaan, sakit, masalah. Apa yang dipikirkan orang pada umumnya ketika melihat orang lain atau diri sendiri mengalami peristiwa lahit itu? Sebagian menganggap itu sudah tertulis di dalam buku pribadi Tuhan alias takdir. Yang lain menganggap itu adalah hukuman Tuhan atas dosa manusia. Yang lain lagi menganggap itu bukanlah takdir, juga bukan hukuman Tuhan, melainkan sekedar peringatan dari Tuhan. Orang lain yang merasa lebih rohani menganggap itu merupakan bagian dari rancangan Tuhan yang indah bagi manusia. Tuhan pasti punya maksud dan rencana yang indah dengan semua peristiwa pahit, termasuk tragedi. Bagi orang yang punya anggapan seperti itu, nampaknya untuk mewujudkan rancanganNya yang indah Tuhan membuat peristiwa pahit sebagai ujian untuk manusia.
Perjalanan Yusuf anak Yakob juga dipandang begitu, ketika berkali-kali dia mengalami peristiwa lahit. Seolah dengan peristiwa-peristiwa pahit itu Tuhan melaksanakan rancanganNya untuk membuat Yusuf menjadi seorang Perdana Menteri di Mesir. Dengan melihat akhir perjalanan Yusuf menjadi Perdana Menteri di Mesir, lalu orang berkesimpulan bahwa Tuhan merencanakan segala peristiwa pahit dalam perjalanan hidup Yusuf untuk maksud indah itu.
Apakah benar begitu? Apakah untuk melaksanakan dan mewujudkan rancanganNya yang indah Allah mesti membuat peristiwa pahit, apalagi tragedi? Bukankah Allah itu Mahakuasa, sehingga dapat melakukan apapun dengan cara apapun? Tentunya Allah tidak merasa perlu menciptaakan peristiwa pahit, apalagi tragedi, kepada manusia untuk mewujudkan rancanganNya yang indah. Karena kasih dan kebaikanNya, tentu Allah tidak akan membuat tragedi yang menyebabkan Yakob sangat berdukacita sampai tidak mau dihibur karena kehilangan anaknya itu.
Allah pasti bisa mewujudkan rancanganNya yang indah tanpa membuat peristiwa pahit, tanpa membuat tragedi. Dia pasti bisa, sebagaimana Dia bisa membuat dunia dengan segala isinya yang luar biasa dari kekosongan. Jadi, mestinya peristiwa pahit, tragedi itu bukanlah buatan Tuhan, apalagi rancangan Tuhan. Sebab, rancanganNya adalah rancangan damai sejahtera, bukanlah rancangan kecelakaan (Yer. 29:11).
Tetapi sekarang, nyatanya melalui peristiwa-peristiwa pahit Yusuf sampai ke istana Mesir dan menjadi Perdana Menteri di sana. Lalu, siapa yang membuat peristiwa-peristiwa pahit itu? Siapa yang merancangnya? Tragedi dan peristiwa-peristiwa pahit itu jelas buatan dan rancangan saudara-saudara Yusuf dan isteri Potifar. Mereka melakukan itu semua pasti tanpa dorongan, gerakan apalagi inspirasi dari Allah. Allah tidak pernah dan tidak akan pernah menggerakkan dan mendorong orang untuk melakukan yang jahat kepada orang lain, apalagi kepada orang-orang yang dikasihiNya. Tidak mungkinlah Allah menjadi provokator kejahatan dan penderitaan.
Tuhan melihat peristiwa-peristiwa pahit terjadi. Dari peristiwa-peristiwa pahit dan tragedi itu Tuhan membimbing dan meneguhkan manusia.  Dari peristiwa-peristiwa pahit dan tragedi itu Tuhan menyusun dan mewujudkan ranccanganNya yang indah. Tuhan karena kasihNya dan dengan kuasaNya yang besar mengubah peristiwa-peristiwa pahit dan tragedi itu menjadi berkat bagi manusia.
Rupanya karena tidak mampu menanggung tragedi sebagai realitas, orang lalu menganggap tragedi itu sebagai bagian dari rancangan Tuhan. Tragedi dan peristiwa-peristiwa pahit lainnya bukanlah buatan dan rancangan Tuhan. Tuhan itu baik kepada semua orang, baik kepada yang jahat apalagi kepada yang beriman kepadaNya. RancanganNya pasti selalu baik bagi manusia, dan untuk itu tidak diperlukan tragedi maupun peristiwa pahit. Tragedi dan peristiwa-peristiwa pahit adalah realitas yang harus dihadapi dengan kepasrahan kepada Tuhan.
Yang harus kita pikirkan di tengah tragedi dan peristiwa-peristiwa pahit adalah meyakini bahwa Tuhan adalah baik dalam segala rancanganNya. Biarlah Tuhan berencana dan berkarya dari tragedi dan peristiwa-peristiwa pahit. Biarlah Tuhan, langsung maupun melalui kita, mengubah tragedi dan peristiwa pahit yang kita alami dan dialami orang lain menjadi jalan berkatNya. Untuk itu kita harus bangkit dari dukacita karena tragedi dan peristiwa pahit untuk menyongsong rancangan Tuhan yang indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar