Apakah engkau sedang bersedih? Apakah jiwamu sedang merana? Ketika malam sunyi tiba dan kau terjaga dengan hati yang pedih, kau ingin menjerit dan ingin menangisi segala hal yang menimpamu. Tetapi sering suaramu hanya terpendam di dalam dada. Kau merasa kesepian, ditinggalkan, dibohongi, dikhianati atau dilanda ketidakberdayaan menghadapi hari esok yang kelam. Kau seorang diri dan tak mampu berbuat apa-apa. Kadang kau ingin mengutarakan perasaanmu kepada orang lain, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan. Ya, kadang segala sesuatu yang kau ingin lakukan hanya seperti membentur dinding baja yang sangat keras lalu kaupun terkulai seakan-akan hidup mu kini sudah tak ada gunanya lagi untuk di jalani.
Tetapi janganlah takut. Kau bukanlah satu-satunya yang mengalami kekosongan dalam hidup ini. Ada banyak bahkan sebagian besar dari kita pernah mengalami hal tersebut. Hidup memanglah tidak semudah yang kita bayangkan. Tetapi karena itu pula hidup ini akan menjadi semakin bermakna. Karena di balik semuanya itulah kita akan menggunakan kekuatan iman kita untuk menghadapi apa yang tak pernah kita bayangkan. Oleh karena itu, jika kesulitan itu datang menimpamu, janganlah pernah berpikir untuk lari dari masalah itu. Sebab lari belum tentu akan menyelesaikan masalah dan mungkin akan membuat masalah itu makn runyam atau sulit. Mari kita meneladani apa yang telah dialami oleh Yesus. Sebab dukaNya adalah duka kita sendiri yang ditanggungNya, mulai dari taman Getsemani, sesudah perjamuan malam terakhirnya, Yesus mengalami deraan yang maha berat. Dan Dia menghadapiNya seorang diri. Pengkhianatan oleh Yudas. Ditinggalkan dan diingkari oleh murid-muridNya. KetakutanNya menghadapi derita dan maut hingga “peluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” merupakan suatu drama kemanusiaanNya. Dia ditangkap dan didera serta disiksa oleh para prajurit. Dia difitnah oleh kaum farisi dan orang Israel lainnya. Dia dijatuhi hukuman mati secara tidak adil oleh pemerintahan Romawi. Dan puncak dari segalanya adalah perasaan kesepian ditinggalkan oleh BapaNya sendiri. Saat tergantung di tiang salibNya yang dipenuhi dengan tetesan darahNya dari luka-luka di sekujur tubuhNya, Dia pun berkeluh: “Eli, Eli, Lama Sabachtani?”. “AllahKu, ya Allahku, mengapa Kau tinggalkan Aku?”. Tidak ada pertolongan. Tidak ada keajaiban. Toh Yesus tetap tabah dan berani menghadapi penderitaan itu. Sebab “bukanlah kehendakKu melainkan kehendakMulah yang terjadi” Akhirnya Diapun wafat setelah menyerahkan nyawaNya ke dalam tangan BapaNya. Maka pantaskah kita menyerah? Bukankah Tuhan sendiri telah memberi kita teladan untuk menghadapi segala cobaan hidup?
Janganlah engkau bersedih hingga terbenam dalam keputus-asaan. Hidup mungkin pahit. Hidup memang sering bermandikan duka. Bahkan kadang hidup memerlukan pengorbanan batin dan raga kita. Tetapi selalu ada cahaya di depan. Selalu ada harapan yang dibawa oleh Yesus sendiri. Tiga hari setelah kematianNya, Dia bangkit dengan kemenangan gilang gemilang. Paskah. Dan kita yang percaya kepadaNya pun akan bangkit bersamaNya. Kita, yang adalah sahabat-sahabatNya, takkan ditinggalkan seorang diri.
Jadi bila terjadi kegelapan dalam hidupmu, janganlah mengutuk tetapi nyalakanlah lilin. Bila kegelapan meliputi seluruh dunia ingatlah bahwa hanya dalam gelap kita akan menemukan bintang yang cemerlang. Dan bahkan, bila mendung sedemikian tebalnya menyelimuti dunia hingga banyak membuat orang menjadi takut dan berbuat salah, jadilah lilin. Terangilah dunia walau kau akan habis melumer. Sebab kita semua adalah terang dunia. Kita semua adalah anak-anak cahaya. Dan sinar kita akan menjadi pelita bagi orang-orang yang merangkak dalam gelap. Menyalalah dengan perbuatanmu agar engkau menjadi cahaya cinta kasih Tuhan sendiri. Kitalah Cahaya Kristus.
By:
Red_dexter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar