Remah-remah dari Pertapaan).
Konon katanya pernah pada suatu ketika terjadi pertengkaran sengit di antara tangan kiri dengan tangan kanan. Penyebab pertengkaran di antara mereka dipicu oleh tangan kiri yang mogok kerja. Masalah mereka sangat sepele saja, yakni "harga diri" yang oleh bahasa manusia dinamai "ketersinggungan". Konon, tangan kiri hanya tersinggung ketika suatu waktu ia menerima pemberian yang diberikan kepada tuannya. Kata-kata spontan sahabat tuannya, "Eee,... tidak sopannya ni orang, terima pakek tangan kiri".
Ia sudah tidak tahan dengan komen-komen yang ditujukan tuannya kepadanya. Rasa sakit yang selama ini disembunyikannya sudah tidak bisa disembunyikannya lagi. Mungkin karena tempat menyembunyikannya sudah full, hahaha. Ia tidak habis pikir bahwa setiap kali ia melakukan "kebaikan" justru dicap sebagai tindakan kurang sopan bahkan kurang ajar atau juga beberapa kali mendapat tamparan oleh tuannya, dan sangat berbeda dengan saudaranya (tangan kanan) ketika melakukan "kebaikan" yang sama, saudaranya itu justru mendapat pujian selangit oleh tuannya.
"Sinting kaliq ni manusia, setiap kali aku melakukan tindakan baik selalu saja dihina dan dianggap tidak sopan, tapi kalau aku mengerjakan yang hina dan kotor mereka malah memujiku", katanya. Dan karena sudah tidak tahan dengan komen-komen yang ditujukan kepadanya setiap kali melaksanakan tugas "mulia", selalu saja dipandang sebelah mata. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bicara kepada "saudaranya", tangan kanan.
"Hai saudara, apa shi salahku dan apa kelebihanmu, mengapa aku begitu hina di mata tuan kita sementara engkau begitu mulia bagi mereka? Bukankah kita ini bersaudara, tetapi mengapa pekerjaanku selalu untuk urusan yang kotor saja dan tugasmu selalu yang baik, bahkan aku tidak boleh menyapa Allah kita karena itu adlah tugasmu???, tanyanya kepada tangan kanan.
"Ya namanya saja kiri, jadi takdirmu dah memang di kiri, yang memang kerjanya yang jelek dan kotor. Jadi terima saja", kata tangan kanan.
"Jadi kamu setuju dengan manusia yang mengata-ngataiku itu? Otakmu dan otak mereka sudah saatnya dicuci dan dibersihkan", katanya dengan sedikit kesal.
"Apa, otakku mau dicuci? Tidak salah, hahaha... otakmu yang harus selalu dicuci karena memang kau selalu berhadapan dengan yang kotor", kata tangan kanan mulai membela diri.
"Okey, sekarang jawab pertanyaanku. Apakah memang Tuhan kita mencipta aku dengan tugas hina seperti ini, dan saudara untuk tugas yang lebih terhormat? Bisakah kalian beri aku penjelasan mengapa harus seperti itu?", katanya dengan sedikit emosi.
"Dari tadi aku dah bilang karenanya saudara dicipta sebagai tangan kiri dengan kodrat jalan hidup kiri", kata tangan kanan.
"Apa,... saudara bilang kodrat jalan hidup kiri? Jadi, apakah tidak boleh tugas saudara sesekali kita pertukarkan?"
"Lha iya lha iyalah. Pokoknya tugasku untuk yang baik-baik, yang terpuji, dan yang suci dan bersih. Misalnya:membuat tanda salib, merias wajah, mengucapkan salam, makan, dan seterusnya-dan seterusnya", kata tangan kanan mempertegas perbedaan di antara mereka.
"Oke, rupanya kendatipun kita bersaudara tetapi ternyata kita sendiri yang tidak saling menghormati, bahkan saudara sendiri mempertegas bahwa tugasku memang yang hina dan kotor, dan tugas saudara yang suci dan mulia. Saat ini pun aku mau bilang, terhitung detik ini aku mogok kerja, titik ...", kata tangan kiri dengan kesal.
Dikisahkan bahwa sejak saat itu, tangan kanan mengambil alih semua tugas yang selama ini mereka kerjakan bersama-sama. Sesekali tangan kanan mengeluh dan menangis. Tangan kiri yang mogok kerja hanya senyum-senyum saja dan dalam hati berkata, "Nah, sekarang rasakan kesombonganmu selama ini sebagai tangan terhormat".
Refleksi menarik:
Sangat sulit sekali untuk mengubah pola pikir kita. Lebih konyol lagi, ketika kita dalam posisi diuntungkan, kita cenderung mempertahankan alasan yang suci dan mulia lalu mulai melihat yang lain sebagai yang layak atas "hal yg tdk baik" di mata kita. Tidak jarang kita mengklaim sesuatu yang baik sebagai bagian dari diri kita dan yang kurang baik sebagai bagian dari orang lain, padahal sesungguhnya tidaklah demikian, tetapi karena kita dididik dalam asuhan seperti itu.
So, mari memotivasi orang lain supaya mengerjakan tugas dan tanggungjawab dengan baik tanpa memandangnya hina dan kotor sebaliknya kita dedikasikan untuk yang lain demi kepentingan dan kebaikan bersama (bonum communae).***
Kawasan Wajib Bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar