(Remah-remah dari Pertapaan)
Entah kenapa, hampir setiap tamu baru yang datang di rumahku selalu menanyakan nama anjing geniusku, namanya Mara. Dan lebih aneh lagi bahwa hampir semua dari mereka itu bertanya lebih lanjut apa arti nama itu. Aku tidak tahu apakah nama harus punya arti? Tidakkah lebih baik seperti kata-kata Juliet kepada Romeo, "Apalah arti sebuah nama", alias peduli amat dengan nama. Atau harukah memang demikian bahwa nama begitu penting dan harus mempunyai arti. Kalau iya, apakah arti dari nama Tuhan atau Allah. Ah, bikin kerjaan lagi mencari tahu nama anjingku itu.
Aku sendiri tidak tahu arti nama anjingku karena bukan aku yang memberinya nama. Ketika datang di rumah ini, Marah sudah ada dan ia langsung akrab denganku saat aku kemudian menjadi tuannya. Aku pun selalu memanggilnya Mara dan tidak pernah bermaksud mengganti namanya seperti nama yang aku sukai.
Jujur aku sendiri tidak suka nama itu, Mara. Untungnya namanya kurang satu huruf di belakang yakni huruf "h". Kalau lengkap, pasti aku lebih tidak suka dengan namanya. Iya dengan namanya saja, bukan anjingnya. Aku suka dia karena kejeniusan dan kebaikan, kesopanan, serta kesederhanaannya. Dia hampir tidak pernah salah dalam menerima dan menyambut tamu-tamuku. Bagi mereka yang pernah datang sebelumnya pasti langsung dikenali. Tandanya saat tamu itu masuk halaman rumahku, dia akan diam atau menyambutnya dengan lolongan manja atau sekedar menggoyang-goyangkan ekornya. Bahkan mobil dan motor yang pernah dilihatnya pun pasti dikenali. Aku heran daya ingatnya sangat kuat. Sebaliknya "tamu baru" yang masuk halaman rumahku pasti akan digonggong. Kalau tamu itu maksa diri menerobos masuk tanpa menyebut namanya, percaya bahwa dia akan maju dan berusaha memanghalanginya sembari memanggilku dengan bahasa "teriakannya". Kalau aku terlambat memintanya dia dan tamu baru memaksa masuk, maka dia pasti akan memainkan jurus pertama yakni jurus serangan tanpa cakar dan gigitan, hanya mendorong tamu baru itu.
Ulahnya kadang-kadang membuatku jengkel, tetapi kadang-kadang aku juga memujinya karena kesetiaannya pada tugas pokoknya itu. Aku hanya kawatir kalau-kalau ada tamu yang dihadang olehnya dan maksa masuk halaman tanpa izin, bisa-bisa mendapat kado pertama dari Mara.
Satu lagi yang aku suka darinya yakni kerendahan hati dan kesederhanaannya. Kadang-kadang aku berpikir bahwa walaupun dia binatang tapi ia toh tetap sopan dan sederhana. Saat aku duduk dan dia belum mendapat jatah makanan setelah aku makan, pasti dia akan datang duduk di depanku sambil mengangkat salah satu kaki depannya seperti mau menyalamiku sambil meraung. Aku sudah hafal betul kode sandinya itu. Saat ada tamuku dan dia mulai bertingkah aneh; entah ribut atau lari sana-sini, cukup aku menghardiknya dengan menyebut kata "satu" sambil menyebut namanya, maka ia akan segera menunduk lalu pergi ke depan gereja untuk kemudian duduk sambil sesekali melihat ke arahku.
Kesederhanaannya juga membuatku terharu. Saat aku pulang tengah malam atau saa di rumah dan malas masak nasih, kadang-kadang aku siram indomie plus telur ayam. Aku pasti menyiram dua bungkus karena satu untuk Mara, dan ia pun tidak protes. Ia pasti memakan apa pun yang aku sodorkan ke piringnya. Ia begitu percaya kepadaku bahwa apa yang aku berikan pasti bukan sesuatu yang membahayakan dirinya.
Kadang-kadang aku duduk dan merenung, kokh bisa-bisanya binatang seperti Mara bisa ada? Binatang yang bertanggungjawab dengan tugasnya, sopan, rendahati, dan sederhana? Kadang-kadang aku malu sendiri dengan diriku sendiri saat "terjatuh" dalam tanggungjawab, dalam kesopanan dan kerendahanhati, dan dalam kesederhanaan, ketika ketemu Mara di rumahku. Kadang-kadang aku berkata dalam hatiku, "Masakan Marah lebih rendahati dan sederhana daripada aku? Tidak, aku jauh lebih bisa daripadanya". Terima kasih Mara atas kehadiranmu yang mampu membuatku untuk selalu berusaha lebih bertanggungjawab dalam tugas-tugasku, berusaha lebih sopan dan renda hati, dan berusaha hidup sederhana melebihi dirim, bukan karena aku adalah tuanmu tetapi karena aku adalah manusia yang berbeda dengan dirimu.***
Kawasan Wajib Bahagia
oleh Yans Sulo Paganna', Pr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar