Translate

Minggu, 29 Juli 2012

Utusan Yesus

        "ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan"






         Salah satu profesi sampingan saya adalah sebagai wartawan musik, khususnya jazz. Dalam event-event jazz biasanya saya ikut meliput atau wawancara, baik sendiri atau terkadang bareng rekan dari radio. Suatu kali saya ngobrol dengan rekan saya dari sebuah radio, dia berkata sedang menunggu free pass untuk masuk ke sebuah event jazz. Harga tiketnya sendiri sebenarnya cukup murah, tapi dia hanya mau datang jika mendapatkan tiket gratis atau free pass. "gue nggak mau keluar duit, ini kan tugas, ya harusnya difasilitasi dong.." begitu kira-kira katanya. Fasilitas itu bukan cuma kesempatan masuk gratis, tapi juga ongkos lainnya alias uang jalan. Saya rasa apa yang ia katakan masuk akal, karena untuk urusan itu tentu ada beberapa ongkos yang harus ia keluarkan selama perjalanan. Bagi anda yang mengutus salah seorang pegawai untuk mengantar barang atau menyampaikan sesuatu pada orang lain juga pastinya harus memberikan ongkos atau uang saku untuk dijalan. Ini bukan hal aneh, bukan hal unik, bukan hal baru, tapi merupakan hal yang hampir setiap saat kita lakukan. Yang unik justru ayat bacaan hari ini, ketika Yesus mengutus kedua belas muridNya untuk tugas seperti yang dilakukan Yesus.
          Apa yang dilakukan Yesus cukup unik. Dia mengutus murid-muridNya berdua-dua alias berpasangan, dan melarang mereka membawa apapun, termasuk bekal dan uang. Ini bentuk utusan Tuhan, untuk sebuah tugas Ilahi. Kalau dipikir-pikir, untuk tugas biasa dari atasan yang orang biasa juga kita akan protes kalu ditugasi tanpa dibekali apa-apa. Katakanlah orang yang diutus pemimpin sebuah negara, dia pastilah harus tampik rapi, kalau bisa dengan stelan jas mewah dan berpenampilan ekstra keren. Bagaiman dengan sebuah tugas dari Tuhan? Tuhan Yesus malah melarang utusan-Nya membawa bekal.
          Sepintas mungkin aneh, tapi kalau kita cermati baik-baik, Tuhan Yesus mengajarkan tiga hal penting. Satu, Yesus mendidik para muridNya untuk percaya sepenuhnya pada Dia. Tidak begantung pada harta, materi dan atribut-atribut duniawi lannya, tapi berharap penuh pada apa yang diseidiakan Allah buat mereka. Kedua, segala kemewahan mudah untuk membuat orang berubah menjadi sombong. tapi sebagai murid Yesus, yang selalu berpengang pada kasih setia Allah akan terhindar dari kesombongan. Ketiga, Yesus tahu bahwa sebagai manusia, para murid-muridNya, termasuk kita, bisa setiap saat menjadi lemah, terkadang bisa hilang motivasi, lelah dan sebagainya, maka Dia mengutus berpasang-pasangan, bukan sendirian, agar bisa saling membantu dan menguatkan.
          Tugas mewartakan kasih Tuhan Yesus, mewartakan siapa pribadi Yesus kepada saudara-saudara kita bukanlah tugas ringan. Tapi bukan pula tugas yang tidak mungkin dilakukan. Jika kita mengalami kasih Yesus dan bersungguh-sungguh dalam komitmen mengabarkan injil, kita pun akan mendapat kekuatan dari Allah, Kita tidak akan pernah ditinggalkan sendirian, kita juga akan dilengkapai dengan kuasa-kuasa yang siap dipakai untuk memgemban tugas Amanat Agung. Apakah dengan sungguh-sungguh. tidak perlu takut atau malu dalan mewartakan Injil, tidak perlu ragu, atau merasa tidak sanggup, karena kuat kuasa Tuhan akan selalu beserta kita setiap saat.

Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua (AMIN)



Rabu, 11 Juli 2012

Dengan Kasih Tuhan





Suatu hari saya mendapat tamu dua orang ibu yang berteman sejak kecil. mereka punya pengalaman yang mirip "kami sama-sama mengalami keretakkan rumah tangga. kami menuju proses perceraian." ungkapnya. "Lho, apakah kalian sudah lupa akan janji pernikahan dahulu ?" tanyaku.


"Sebenarnya, ya tidak lupa Romo. Hanya kami merasa, diantara kami sudah tidak ada cinta. Yang ada malah kebencian dan saling menyakiti," jawab salah seorang ibu "Apa tidak baik, kembali diusahakan dialog dengan hati yang dingin, kepala dingin dan niatan yang baik ?" usulku. "sudah terlambat Romo. Perceraian menurut kami merupakan pilihan terbaik dari banyak pilihan yang telah lama kami coba," tuturnya klasik.



Pengalaman demikian tak hanya satu dua kali saya temukan. Selama berkecimpung langsung di wilayah pastoral akar rumput, saya menjumpai banyak kasus serupa. Tentu ini menjadi keprihatinan tersendiri. Ketika jalinan kasih memudar dan bahkan hacur, dampaknya luar biasa. Secara langsung akan berdampak pada anak dan masa depannya, apalagi kalau anak masih kecil.



Ada yang salah. Letak kesalahannya, orang tidak mampu merawat dan mengembangkan kasih yang mempersatukan kedua pihak. Orang mengira bahwa kasih yang pernah dirajut sampai diikrarkan di depan altar suci otomatis betumbuh, berkembang dan berbuah lebat. Tidak! Tidak ada yang otomatis dalam menjalin kekokohan relasi suami-istri. Kedua pihak harus berjuang dan terus belajar mengasihi satu sama lain. Yesus telah memberikan perintah yang jelas lagi tegas. Kita tidak sedang dianjurkan oleh Yesus untuk mengasihi tetapi sedang diperintahkan untuk mengasihi.



Ternyata orang harus sadar, bahwa untuk dapat mengasihi dengan benar, orang mesti senantiasa hidup dalam kasih Tuhan, diperbaharui dan terus disegarkan oleh kasihnya. Dengan begitu kita dapat mengasihi sesama apa adanya dan terus bertumbuh dalam kasih.



Mari kita bangkit! Percayalah jika kita mengasihi dengan kasih Tuhan tak ada kata "terlambat"; kita akan menemukan banyak solusi. Niscaya dengan kasih Tuhan kita akan terhindar dari perpecahan yang tak pernah Tuhan kehendaki.