Suatu hari saya mendapat tamu dua orang ibu yang berteman sejak kecil. mereka punya pengalaman yang mirip "kami sama-sama mengalami keretakkan rumah tangga. kami menuju proses perceraian." ungkapnya. "Lho, apakah kalian sudah lupa akan janji pernikahan dahulu ?" tanyaku.
"Sebenarnya, ya tidak lupa Romo. Hanya kami merasa, diantara kami sudah tidak ada cinta. Yang ada malah kebencian dan saling menyakiti," jawab salah seorang ibu "Apa tidak baik, kembali diusahakan dialog dengan hati yang dingin, kepala dingin dan niatan yang baik ?" usulku. "sudah terlambat Romo. Perceraian menurut kami merupakan pilihan terbaik dari banyak pilihan yang telah lama kami coba," tuturnya klasik.
Pengalaman demikian tak hanya satu dua kali saya temukan. Selama berkecimpung langsung di wilayah pastoral akar rumput, saya menjumpai banyak kasus serupa. Tentu ini menjadi keprihatinan tersendiri. Ketika jalinan kasih memudar dan bahkan hacur, dampaknya luar biasa. Secara langsung akan berdampak pada anak dan masa depannya, apalagi kalau anak masih kecil.
Ada yang salah. Letak kesalahannya, orang tidak mampu merawat dan mengembangkan kasih yang mempersatukan kedua pihak. Orang mengira bahwa kasih yang pernah dirajut sampai diikrarkan di depan altar suci otomatis betumbuh, berkembang dan berbuah lebat. Tidak! Tidak ada yang otomatis dalam menjalin kekokohan relasi suami-istri. Kedua pihak harus berjuang dan terus belajar mengasihi satu sama lain. Yesus telah memberikan perintah yang jelas lagi tegas. Kita tidak sedang dianjurkan oleh Yesus untuk mengasihi tetapi sedang diperintahkan untuk mengasihi.
Ternyata orang harus sadar, bahwa untuk dapat mengasihi dengan benar, orang mesti senantiasa hidup dalam kasih Tuhan, diperbaharui dan terus disegarkan oleh kasihnya. Dengan begitu kita dapat mengasihi sesama apa adanya dan terus bertumbuh dalam kasih.
Mari kita bangkit! Percayalah jika kita mengasihi dengan kasih Tuhan tak ada kata "terlambat"; kita akan menemukan banyak solusi. Niscaya dengan kasih Tuhan kita akan terhindar dari perpecahan yang tak pernah Tuhan kehendaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar