Translate

Selasa, 30 April 2013

Kenapa Saya Harus Merubah Cara Saya Berpakaian? Jika Seorang Pria Memiliki Imajinasi Yang Buruk, Itu Masalah Dia.

Jika anda muak dengan cara kaum pria sering memperlakukan kaum perempuan dan berpikir apa yang bisa dilakukan untuk mengembalikan rasa hormat, berpakaian dengan sopan (modesty) adalah solusinya. Masalahnya adalah ini: Banyak pria sekarang ini tidak mengetahui bagaimana berelasi dengan wanita. Bagian dari obat untuk penyakit ini terletak di tangan-tangan kaum wanita. Wendy Shalit berkata, “Pada akhirnya, tampaknya hanya pria yang bisa mengajarkan pria lainnya bagaimana caranya untuk bersikap didekat wanita, tetapi pria-pria tersebut harus terinspirasi oleh wanita terlebih dahulu; cukup terinspirasi untuk berpikir wanita tersebut patut untuk dihormati.” [1]

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Baiklah, banyak wanita muda sadar bahwa mereka mempunyai kekuatan untuk mengoda seorang pria, tetapi sedikit perempuan tidak sadar bahwa kewanitaan mereka juga mempunyai kekuatan untuk mendidik seorang pria. Cara seorang perempuan berpakaian (tidak mencantumkan caranya berjalan, menari dan seterusnya) memiliki kemampuan luarbiasa untuk membantu membentuk seorang pria menjadi seorang gentleman atau menjadi seorang monster.

Saya telah membaca puluhan ribu halaman dari teologi, konseling dan informasi tentang hubungan dan seksualitas manusia, tetapi saya tidak pernah mempelajari bagaimana cara memperlakukan wanita sampai saya berpacaran dengan seorang yang berpakaian dengan sopan. Hal ini menawan hati, dan saya menyadarinya untuk pertama kali bahwa cara berpakaian yang tidak sopan akan menangkap suatu cara dalam melihat seorang wanita itu siapa dirinya. Pakaian yang tidak sopan akan menarik seorang pria kepada tubuh wanita, tetapi mereka mengalihkan pria dari melihat seorang wanita sebagai seorang pribadi. Seperti seorang pria berkata, “Jika kamu ingin seorang pria menaruh hormat padamu, dan mungkin akhirnya jatuh cinta denganmu, maka kamu harus menunjukkan kepadanya bahwa kamu menghormati dirimu sendiri dan bahwa kamu mengenal martabatmu dihadapan Allah.” [2]

Wanita yang berpakaian dengan sopan menginspirasi pria dalam berbagai cara bahwa saya tidak malu untuk mengakuinya, bahwa saya tidak dapat menjelaskannya. Saya rasa memang aman untuk mengatakan bahwa ia menyampaikan berharganya dirinya kepada kita. Ketika wanita berpakaian dengan sopan, saya bisa ambil kesimpulan dari dirinya dengan serius sebagai seorang wanita karena ia tidak kelihatan seperti ia sedang mengemis untuk mendapatkan perhatian. Ia tahu bahwa ia berharga untuk ditemukan. Kerendahan hati seperti itu adalah bersinar-sinar. Sayangnya, kebanyakan wanita terlalu asik dengan memutar kepala pria daripada melihat kekuatan mereka untuk membelokkan hati kita.

Terkadang kaum wanita dibingungkan dengan kelemahan, tetapi tidak ada yang bisa jauh dari kebenaran. Seorang wanita yang benar-benar wanita juga menyadari bahwa ia bisa berpakaian seperti koleksi dari anggota tubuh dan menerima tatapan tak terhitung dari pria-pria. Tetapi ia juga mempunyai kekuatan untuk meninggalkan suatu ruang misteri, daripada berpakaian dengan cara mengundang pria untuk bernafsu. Caranya berpakaian seperti mengatakan, “saya layak untuk ditunggu”. Ia percaya pemilihan waktu Allah, dan ia tahu bahwa ia tidak perlu untuk membuat pria melongo guna menangkap perhatian pria yang sudah Allah rencanakan untuknya.



Dalam suratnya “pada martabat wanita”, Paus Yohanes Paulus II mengutip sebuah dokumen dari Vatikan II, mengatakan: “Waktunya sudah tiba, pada faktanya sudah datang, ketika panggilan untuk wanita telah diakui kepenuhannya, waktu dimana wanita memiliki pengaruh di dunia, efek dan kekuatan yang sampai sekarang tidak pernah tercapai. Inilah kenapa, pada saat ini ketika umat manusia menjalani suatu transformasi yang begitu dalam, wanita yang diilhami dengan semangat dari Injil bisa melakukan sesuatu yang lebih untuk membantu umat manusia agar tidak jatuh.” [3]

Jadi apa itu kesopanan dalam berpakaian (modesty)? Ini bukan tentang terlihat berpakaian seburuk mungkin. Ini tentang mengambil kecantikan alami dari kaum wanita dan menghiasi dengan cara yang merefleksikan identitas sejati seseorang. Ketika seorang wanita tahu bahwa ia adalah anak perempuan dari Raja surgawi, ia tidak membiarkan pakaian-nya, percakapan, dan kelakuannya mengalihkan dari hal ini. Ia sadar bahwa tubuhnya adalah kudus karena tubuhnya adalah bait Roh Kudus. Ini membawa kerendah hati dari tubuh, karena kerendah hati adalah sikap yang pantas menuju kebesaran. Didalam hal ini kebesaran karena dibuat dalam gambar dan rupa Allah.

Ini bukan “saya wanita, dengarkan saya mengaum!” sedikit, tapi rasa tenang daripada sebuah rasa yang seperti mencari-cari untuk menarik perhatian yang sebenarnya tidak perlu. Tentu saja, pria akan melonggo kepada wanita yang berpakaian provokativ, tetapi didalam hatimu apakah anda ingin di tatap saja atau di cintai? anda ingin cinta sejati. Ketika wanita berpakaian tidak sopan, ia sering tidak menyadarinya bahwa ia merampok dirinya sendiri dari keintiman yang dia rindukan.

Ketika wanita mengenakan pakaian yang ketat, para pria akan berpikir ia mencoba berkata kepada mereka, “Hai, pria, hal yang terbesar tentang saya adalah tubuh saya!” mereka akan melihat dan mungkin akan setuju. Tetapi jika tubuhnya adalah yang hal terbesar tetang dirinya, itu semua merendahkan dia. Jika hal itu yang terbaik yang bisa ia tawarkan, kenapa mereka harus mengenal hatinya, impiannya, pribadinya, dan keluarganya? mereka hanya mau mengenal tubuhnya saja.

Berpakaian dengan tidak sopan juga melukai kesempatan wanita tersebut untuk dicintai. Tipe dari pria yang tertarik padanya tidak akan seperti tipe dari pria yang akan memperlakukan ia seperti anak perempuan dari Allah. Tidak peduli bagaimana perempuan itu berpakaian, dia mengirimkan undangan tak terucapkan bagi pria untuk memperlakukan dia seperti yang terlihat. Sebagai contoh, mempertimbangkan sebuah majalah yang sering saya lihat di stan surat kabar lapangan terbang. Pada cover majalah adalah seorang wanita memakai rok pendek yang bisa saja saya salah lihay atau tali pinggang yang lebar. Atasannya yang ketat nyaris ukuran sebuah serbet yang tidak dilipat, dan dalam huruf tebal besar disampul itu “Suzie [atau apapun namanya-aku tidak ingat] ingin orang menghormati dia!” Saya berharap yang terbaik untuknya dan mulai berjalan ke gerbang, setelah menutupi majalah tersebut dengan majalah Oprah. (Saya pikir ini sebuah karya perusahaan dari pengampunan-memberi pakaian kepada yang telanjang.)

Meskipun seorang perempuan layak untuk dihormati tidak peduli apa yang dia pakai, seorang pria bisa mengetahuinya bagaimana seorang wanita menghormati dirinya sendiri melalui caranya berpakaian. Jika dia tidak menghormati dirinya sendiri, anehnya para pria akan mengikutinya. Didalam hati seorang perempuan, tidak ada keinginan untuk menjadi objek seks. Apakah ada keinginan untuk menerima perhatian, kasih sayang dan cinta? tentu saja. Tapi apakah ada keinginan untuk mengurangi diri menjadi objek? tidak ada perempuan yang ingin pergi kesana, tetapi banyak juga yang melakukannya demi menerima kepuasan emosional.

Ketika seorang perempuan memakai pakaian yang menunjukkan perut, baju dengan tali bahu seperti spaghetti, dia tidak memikirkan tentang bagaimana dia berharap untuk memimpin pria berbuat dosa. Dia mungkin berpikir, “Baju atasan itu cute sekali, dan itu kelihatan serasi dengan sepatuku.” Tapi dibawah alam sadar keinginan sederhana untuk menjadi menarik adalah keinginan yang lebih dalam agar bisa diterima. Jika seorang perempuan mengerti bagaimana para pria mem-visualkan seksualitas, dia akan melihat pakaiannya sebagai sarana untuk menerima perhatian. Dia mungkin melihat manekin yang mini dan berpikir, “pakaian itu memalingkan kepala pria. Jika saya memakainya, para pria akan melihat saya. Mungkin saya akan bertemu dengan orang yang baik.” Tetapi logikanya tidak akan seperti itu.

Kita asumsikan bahwa perempuan tersebut berpakaian provokatif dan dia menjumpai seorang yang benar-benar baik. Pria itu tidak lebih baik karena pakaiannya. Pria lebih terangsang secara visual daripada wanita, dan ketidaksopanan dengan mudah dapat memicu pikiran yang penuh dengan nafsu. Ketika pria melabuhkan ide-ide yang tidak murni ini, nafsu memisahkan kita dari Kristus, sumber kasih yang tidak bersyarat. Apakah seorang wanita ingin memisahkan pria dari sumber kasih yang tidak bersyarat yang dia cari? jika tidak, kenapa tidak memilih pakaian yang lebih sopan? tidak ada yang salah dengan berpakaian yang membuatmu terlihat cute, tetapi pakaian yang menggoda dan seksi seharusnya tidak ada di lemari pakaian seorang wanita Kristiani.

Jika hatimu berkata, “apakah ini terlalu pendek?” atau “Apakah ini terlihat terlalu ketat?” dengarkan suara itu. Itu sudah menjawab pertanyaan anda. Dengarkan suara ini untuk kebaikanmu dan kita. Demi kebaikanmu, menyadari bahwa seperti parit yang mengelilingi kastil, kesopanan berpakaian melindungi harta kemurnian. Untuk kebaikan kita, ingat ketika Kain membunuh Abel didalam Kitab Kejadian? ketika Allah bertanya kepada Kain dimana saudaranya, Kain menjawab, “Apakah saya penjaga saudara saya?” Dalam cara yang sama, hal ini terlalu mudah untuk para pria dan wanita untuk mengelak dari tanggung jawab untuk saling menolong satu sama lain mempertahankan dalam kemurnian. Mengadopsi sikap Santo Paulus, dan hidup di dalam cara yang tidak menyebabkan saudaramu tersandung (Roma 14:21).

Beberapa wanita menghabiskan energi mencoba untuk membuat para pria memperhatikan mereka (bahkan jika mereka tidak tertarik dengan pria itu) daripada mereka mencoba menghabiskan untuk memusatkan perhatian pria pada Allah. Sebagai wanita Allah, gunakan kecantikanmu untuk menginspirasi kebajikan pria. Sekali lagi, tidak ada masalah agar terlihat cute. Masalahnya, bagaimanapun, ketika berpakaian dikenakan secara tidak sopan, atau ketika seseorang jatuh kedalam kesia-siaan dan kekhawatiran yang berlebihan tentang mencari yang sempurna. Tubuhmu adalah berharga dihadapan Allah, dan anda tidak perlu terlihat seperti model Cosmo yang di airbrush agar pantas dicintai.

Catatan Kaki:


[1]. Wendy Shalit, A Return to Modesty (New York: Touchstone, 1999), 157.
[2]. Mike Mathews, “Sexy Fashions? What Do Men Think?” Lovematters.com (newspaper supplement), 4:2001:10.
[3]. Pope John Paul II, Mulieris Dignitatem 1


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar