Pada suatu hari, dalam sebuah kesempatan pembelajaran liturgi saya bertanya kepada beberapa anak muda.
“Jika disuruh memilih, Anda memilih Ekaristi yang cepet atau yang lama?” tanyaku kepada mereka. Serentak mereka menjawab, “Jelas milih Ekaristi yang cepet tho, Romo!” Jawaban ini tentu saja menarik perhatian. Rupa-rupanya, ada banyak umat yang melihat dan menyukai perayaan Ekaristi yang cepat.
“Lalu, kamu lebih suka Ekaristi Mingguan di Gerejamu atau memilih EKM?” Tanpa pikir panjang, layaknya koor, mereka menjawab, “EKM….”
“Umumnya, misa mingguan di paroki itu 1 jam 15 menit. Kalau EKM itu sekitar 2 jam. Bisa lebih. Katanya kalian suka Ekaristi yang cepat? Mengapa lebih memilih EKM yang nyatanya lebih lama?” tanyaku menyelidik.